Laman

Jumat, 31 Juli 2015

Miris Juga Pak!

    Sabtu pagi ini terlalu cerah sebenarnya untuk dilewati, tapi ternyata entah kenapa bola kehidupan ini bahkan tak mau mengintip sedikitpun indah suasana pagi. Waktu berlalu (begitu cepat) hingga tak sadar ternyata diatasku sudah siap si kuning bola semangat yang selalu stand by menjaga tanah ini agar tersinari olehnya. Tapi semangat pagiku masih ada, otot-otot ini masih fresh dan siap dibuat pegal walaupun akhirnya, hari ini akan berakhir dengan hari yang sia-sia tanpa hasil tanpa meakukan apapun seperti kemarin-kemarin saja.
   Ku intip dunia maya, namun mata ini terlalu senang hingga dia menyibak langsung semua info yang ada..
ah iya aku lupa, sudah dua janji yang tak kutepati pagi ini, sial. makin menyesali hariku, kubuka perpesanan kelompok dan kabar ternyata cepat berlalu.
Kemarin sebenarnya sudah kurencanakan perjalanan bersama teman-teman rantau seperjuangan sekedar memberi otak ini sedikit hiburan yang sepertinya mulai jenuh hanya meihat perabot rumah setiap harinya. yaa peminatnya banyak tentu harus banyak, aku bersyukur. Namun perlahan satu persatu mulai muncul dalam ruang obrolan, yang kukira hanya akan bertegur sapa, iya dia memang bertegur sapa namun untuk berpisah bukan bertemu.
Ah, apasih aku kesal tentu kesal, bagiku pertemuan dengan teman mungkin acara terbaik dibanding dapat kursi VIP pertunjukkan layar lebar namun sendiri. namun apa bisa dikata? kudengar alasan mereka satu persatu dan aku mulai sadar, hei! ini hak mereka kan?
tentu saja aku membayangkan di posisi mereka yang tentu aku pun mulai sadar bahwa yaa, aku berhak menentukan prioritas utamaku, toh ini hidupku, toh ini bukan kali pertamaku membatalkan suatu acara yang jika dikur skala 1-10 mungkin hanya 3 atau 4.
Malah aku jadi miris pada aku..
disaat yang lain punya prioritas, disaat yang lain sudah beranjak untuk mengerjakan suatu yang penting, apa yang sudah kulakukan?
lagi-lagi aku bercermin melihat betapa menyedihkan hidupku.
    Namun itu hanya sesaat, aku ingat perkataan seorang hebat sewaktu aku duduk di ruang gedung yang cukup besar untuk diisi sedikitnya 500 orang. Aku seperti biasa sedang temu kangen dengan teman seperjuangan dulu, lalu dia berkata
"Lihatlah ke atas jika kau sudah merasa puas, namun lihalah ke bawah saat kau merasa bahwa kaulah orang paling menyedihkan di muka bumi ini"
hei itu cukup untuk menampar seorang aku yang kadang sombong dan iri akan keadaan yang terjadi. Aku sadar bahwa dunia masih menunggu untuk ku jajah, bahwa dunia masih menunggu untuk ku beri, bahwa masa mudaku masih panjang dan pikiran, hati, dan badan ini masih bisa melakukan apapun yang bahkan terkadang aku sendiri berfikir tidak mungkin untuk dilakukan.

   Lagi-lagi aku belajar bagaimana bersyukur dan bagaimana berjuang di dunia yang kita hidupi ini, tentu semua demi penyesalan yang kita berharap tidak bertemu dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar